Menghidupkan lagi kearifan lokal selama masa Covid-19
Bukan bangsa indonesia namanya jika tidak bisa mengambil sisi positif atau hikmah dari segala cobaan yang datang
Kembalikeakar.com – Indonesia adalah bangsa yang besar dengan keragaman budaya dan sejarah. Kita pernah menjadi peradaban yang disegani serta dihormati oleh bangsa lainnya saat kerajaan majapahit berdiri di tanah nusantara.
Kita pernah menjadi salah satu bangsa yang memiliki teknologi yang maju, seperti saat candi borobudur dibangun. Kita juga pernah menjadi bangsa yang berani dengan prinsip sendiri yakni saat Indonesia memilih untuk menjadi bangsa Non-blok disaat negara-negara lain memilih merapat ke satu blok. Kita seharusnya patut berbangga menjadi anak cucu generasi masa depan Indonesia.
Akan tetapi kemajuan zaman yang begitu pesat ternyata memiliki dampak buruk bagi masyarakatnya, terutama para pemuda-pemudi di kota-kota besar. Para pemuda sedikit banyaknya mulai lupa jati diri bangsa, mulai asing dengan budayanya sendiri.
Hidup hedonis ala barat menjadi acuan eksistensi diri yang baru. Standar kehidupan pun bergeser, begitu juga dengan nilai-nilainya. Walaupun selama beberapa tahun terakhir ini mulai nampak beberapa pemuda yang tertarik kembali mempelajari budaya dan sejarah. Tetapi godaan arus matrealisme-kapitalistik tetap sangat sulit untuk dilawan.
Munculnya wabah covid-19, bisa dikatakan sebagai titik balik bangsa Indonesia. Bukan bangsa indonesia namanya jika tidak bisa mengambil sisi positif atau hikmah dari segala cobaan yang datang, seperti cobaan corona ini. Salah satu hikmahnya adalah kembalinya budaya-budaya lama yang dipelajari, atau paling tidak dijalani kembali sebagai bagian dari kehidupan, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Berikut ini saya kumpulkan tiga poin pola kehidupan ala budaya Jawa yang dihidupkan kembali di masa home-isolation ini.
Menyediakan Alat Cuci Tangan di Depan Rumah
Salah satu cara agar dapat terhindar dari virus covid-19 adalah dengan rutin mencuci tangan apalagi jika sehabis keluar dari rumah. Oleh karena itu rumah-rumah warga sekarang memiliki tempat cuci tangan. Ada yang dibuat dari galong, ember atau membuat sendiri dari bahan daur ulang. Atau setidaknya disediakan oleh ketua RT dan RW di masing-masing daerahnya.
Namun uniknya sudah sejak lama orang Jawa melakukan hal ini. Dahulu di rumah-rumah orang Jawa biasanya di sediakan guci atau kendi yang berisikan air bersih untuk membilas tangan atau kaki sebelum masuk ke rumah. Orang Jawa meyakini bahwasannya bersih-bersih sebelum masuk dari rumah bukan hanya bermanfaat untuk membersihkan diri dari bakteri maupun virus tetapi juga membersihkan diri dari hal-hal yang berbau metafisika, seperti diikuti mahluk ghaib dan lainnya.
Mengkonsumsi Jamu Kembali
Sebagian besar anak-anak muda di kota besar sepertinya sudah mulai asing dengan jamu. Alasannya beragam, ada yang karena rasanya pahit atau karena tidak sesuai dengan tren alias sudah ketinggalan zaman. Mereka lebih akrab dengan kopi yang diseduh dengan berbagai macam alat yang unik dan dinikmati di cafe-cafe dengan interior instagramable.
Semenjak wabah corona ini, orang-orang menjadi lebih sadar lagi akan pentingnya menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan. Hingga puncaknya media-media di Indonesia membahas manfaat yang bisa didapatkan dari tumbuhan-tumbuhan asli Indonesia. Seperti Jahe, kunyit, daun serai, dan lain sebagainya. Semua adalah bahan dasar yang dibutuhkan untuk membuat jamu. Jamu sendiri sudah menemani rakyat nusantara sedari dahulu.
Orang Jawa menjadi salah satu suku yang mengembangakan racikan jamu serta menjadikannya minuman sehari-hari yang menyehatkan. Mungkin ini sebabnya juga kenapa orang zaman dahulu hidupnya bisa panjang, padahal obat-obatan kedokteran modern belum hadir.
Tidak Boleh Keluar Malam
Sewaktu saya masih kecil saya sering didongengkan oleh orang tua saya bahwa saat mereka kecil tinggal di Jawa, ketika sudah magrib tidak boleh keluar rumah untuk keluyuran atau bermain-main. Tujuannya sangatlah baik, agar anak-anak menghabiskan waktu belajar atau mengaji di rumah. Serta agar tidurnya pun tidak larut malam sehingga esok pagi bisa bangun subuh untuk membantu orang tua menimba air untuk berwudhu solat subuh dan untuk mandi pagi hari. Sekarang ajaran tersebut kembali relevan.
Semenjak physical distancing dan PSBB digaungkan oleh pemerintah, para aparat penegak hukum rajin mengedukasi ke jalan-jalan untuk tidak keluar rumah. Langkah ini diambil sebagai bagian dari pencegahan serta upaya pengurangan korban dari virus covid-19.
Tiga hal ini hanyalah contoh kecil yang bisa dilihat dengan mata kepala sendiri, tetapi di luar dari ketiga hal ini masih banyak pola-pola kebudayaan Jawa yang kembali diterapkan dan dipelajari lagi. Dan tidak hanya budaya Jawa saja, hampir di setiap daerah masyarakat berusaha kembali lagi mengangkat nilai kehidupan budayanya masing-masing di tengah pandemi ini.
Harapannya pun semoga ke depan nilai-nilai budaya tetap dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai jati diri berbangsa dan bernegara saja tetapi demi kebaikan dan kesehatan diri kita sendiri.
Editor
Muhammad Faisal