5 Tips Mengasuh Anak Seperti Nabi Muhammad
Sesuai dengan penelitian psikologi
Kembalikeakar.com – Bulan ramadhan datang, hatipun senang. Korona enggan menghilang, jadikan bulan penuh tantangan. Bagaimana tidak penuh dengan tantangan ? Kementrian agama menghimbau agar kita shalat tarawih dirumah, tidak melaksanakan buka bersama yang biasanya menjadi ajang reuni kita, dan ngabuburit keluar rumah. Situasi yang baru ini dapat membuat anak kesal, sehingga orangtua perlu mengasuh anak dengan pintar dan handal.
Berikut beberapa tips mengasuh anak ala Nabi Muhammad yang ternyata sesuai dengan penelitian psikologi:
Daftar Isi
1. Jangan marah
Rasul tidak pernah marah/mencela jika anak berbuat salah atau malahan tidak mengerjakan apa yang dimintanya. Metode memaklumi dan membiarkan yang dilakukan Rasulullah ini menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu pada diri anak. Hal ini sesuai dengan penelitian psikologi yang menganjurkan orangtua untuk senantiasa sabar, baik hati dan mencintai anak apa adanya (unconditional love). Bila anak membuat kesal atau marah, maka hendaknya kita menghentikan aktifitas sebentar, menarik napas dengan dalam, dan memberi pemahaman pada anak dengan penuh perhatian.
2. Menjadi Teladan
Mayoritas karakter yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya. Karena itu, Rasul memerintahkan kedua orangtua untuk menjadi suri tauladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak.
Memang cukup sulit melakukan ini, terutama jika kita dikelilingi masalah keuangan, kesehatan, atau kekhawatiran lain, tetapi tetap lakukan yang terbaik. Minta maaf kepada anak ketika kita salah, dan terus berusaha menjadi contoh yang baik.
3. Menasihati pada waktu yang tepat
Memilih waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak berdampak secara signifikan dan juga efektif meringankan tugas orang tua dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak sanggup menerima nasihat orang tua, namun terkadang juga pada waktu yang lain ia menolak keras.
4. Penuhi hak Anak
Memenuhi hak anak seperti mendengar suara hati anak dapat menumbuhkan perasaan positif. Semua anak, terlepas dari temperamennya, membutuhkan keseimbangan dalam hidup mereka, termasuk tidur, nutrisi, kasih sayang, aktivitas, stimulasi, waktu bermain, dan waktu santai.
5. Bermain
Bermain dapat mengurangi masalah kehidupan dan membantu ketika kita bergulat dengan frustrasi, kesedihan, kekecewaan, dan meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak. Kisah Rasul terhadap mainan Aisyah ra. menjadi bukti tentang pentingnya arti bermain bagi anak-anak.
Editor:
Muhammad Faisal
Referensi:
Jatnika, Yanuar. (2019). Begini, Pola Asuh Nabi Muhammad SAW (1). Sahabat Keluarga
Matthews, D. (2020). Parenting a Spirited/Difficult Child in the Time of COVID-19. Psychology Today.