Perubahan Generasi Muda di Riau pada masa Pandemi
Hasil wawancara dan observasi penulis, data mengenai perubahan yang terjadi pada generasi muda di Riau

Kembalikeakar.com – Munculnya virus SARS Cov-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) yang mengakibatkan penyakit bernama Covid-19 (Corona virus Disease 2019) menimbulkan kekagetan di seluruh belahan dunia. Meminjam kalimat terkenal dari Charles Darwin, survival of the fittest, kita sekarang harus menyesuaikan diri dengan situasi pandemi ini jika ingin bertahan. Hal ini dirasakan oleh hampir semua manusia Tak terkecuali generasi muda yang tinggal di Riau.
Daftar Isi
Sekilas Tentang Riau
Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Mayoritas penduduk Riau ialah suku Melayu sebagai suku asli di Riau, dan suku Jawa yang merupakan pendatang karena program Transmigrasi. Disadur dari data Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, jumlah penduduk yang terkena Covid-19 telah berjumlah 13.749 orang yang tersebar di tiap daerah.
Perubahan yang terjadi pada generasi muda
Melalui wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis, diperoleh beberapa data mengenai perubahan yang terjadi pada generasi muda di Riau
1. Pekerjaan
Beberapa orang mengaku bahwa mereka diberhentikan dari pekerjaannya sehingga harus pulang. Mereka kemudian mencari solusi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan online. Beberapa lainnya berganti ke pekerjaan apapun yang bisa dikerjakan.
“Yah, mau gimana lagi, kemaren dipecat, baru digaji separo. Jadi yaudah pulang aja, kerja dulu di sini, dari pada ga ada uang jadi ikut kerja sama bapak” R, 21 tahun, laki-laki, buruh
“Jadi sekarang nyoba jualan online juga soalnya kerjaan lagi susah haha. Biar ada duit masuklah.” E, 25 tahun, perempuan, pegawai honorer
2. Hubungan romantis
Melalui hasil observasi penulis pada beberapa pasangan, intensitas bertengkar mereka semakin meningkat di masa pandemi. Kemudian penulis mengkonfirmasi, dan diperoleh hasil:
“hmmm, dikit dikit jadi berantem, hampir tiap hari berantem, mungkin karna ketemu terus, jadi gitu. Dia (suami) nuduh aku selingkuh padahal nggak, sampe ngelarang aku kerja karna itu..” K, 23 tahun, perempuan, ibu rumah tangga
“aku sih jadi lebih sering berantem, mbak sama pasangan soalnya keuangan lagi susah jadi bingung buat makan,stress juga, perasaanku jadi lebih banyak aja masalahnya…” A, 20 tahun, perempuan. Pegawai administrasi.
Sebagian lainnya mengaku bahwa pandemi menjadi kesempatan untuk menikah karena mereka tidak perlu mengundang banyak orang dan lebih hemat.
“Alhamdulillah sekarang jadi nikah kesempatan ngga ngundang banyak orang hahahahaha. Sebelumnya mikir-mikir kan nikah takut banyak duit yang keluar. Orangtua jadi ga banyak pikiran juga.” I, 30 tahun, perempuan, pegawai swasta
“iya aku mau nikah desember ini wkwkkw mumpung bisa ga ngundang banyak orang, dulu soalnya takut diceritain kalo ga ngundang kanan kiri kan, jadi ya gitu” E, 25 tahun, perempuan, pegawai honorer.
3. Lebih peduli tentang kebersihan dan kesehatan
Adanya protokol kesehatan selama pandemic Covid-19 membuat masyarakat menjadi lebih peduli akan kesehatan dan kebersihan guna terhindar dari virus SARS Cov-2:
“sekarang kemana mana harus pake masker, ga bebas, gabisa deket harus jaga jarak juga.” K, 23 tahun, perempuan, IRT
“hhmmm,. lebih jaga kesehatan yaa, harus pake masker, ga bisa sembarangan keluar itu ya palingan. Eh sama cuci tangan ya lupa deh!” I, 30 tahun, perempuan, pegawai swasta
“sekarang abis dari mana harus cuci tangan, takut jadinya kalo mau pegang tangan orang, dia kena corona apa ga ya?” R, 21 tahun, laki-laki, buruh
4. Mereka yang menolak percaya
“Halah itu data covid itu pasti karangan rumah sakitnya aja gara-gara dokternya itu mau nyari uang. Dilebih-lebihkan aja nya ini soal covid” I.S. 30 tahun. Perempuan, guru TK
“ini terlalu dilebih-lebihkan aja, dikit dikit covid, dikit dikit covid, apalah… ini konspirasi aja palingan” T, 30 tahun, perempuan, guru SD
Sebelum diwawancarai, kedua orang ini menonton video salah satu selebgram yang memberi keterangan yang kurang tepat mengenai Covid-19, tapi sayangnya kedua orang ini malah mempercayainya.
5. Mempertahankan Budaya
Peneliti juga mewawancarai beberapa orang yang menolak pulang dan lebih memilih tetap di luar daerah
“kalo aku sih bukan covid atau ngganya ya, palingan beda aku sama orang pas lagi covid. Orang melayu kan emang budayanya merantau, malu lah kalo pulang sekarang… orang belum ada hasil apa apa.” P. 21 tahun. Perempuan. Pegawai Swasta
“Nggak, males pulang.. merantau baru sebentar, malu kalo ketemu orangtua ngga bawa apa-apa.” M, 19 tahun, laki-laki, nelayan tuna
Catatan: Hasil wawancara dan observasi ini selaras dengan hasil penelitian Youthlab x Rumah Millenials