counter free hit invisible
Imajinasi Peradaban Masa Depan

Inspirasi Musik anak muda sebelum pandemi dan transformasinya di 2021

Menurut sebuah riset, preferensi pendengar music berubah-ubah sesuai dengan umur serta keadaan zaman yang berdampak pada psikologi individunya

Kembalikeakar.com – Membahas tentang preferensi musik anak muda tidak lepas dari perkembangan zaman yang terjadi. Terkadang musik yang menjadi daya tarik bagi anak muda sering sekali tidak relevan bagi generasi sebelum mereka. Pada saat perang dunia ke 2 misalnya, lagu pop ternyata ikut beradaptasi dengan nuansa zaman pada saat itu. Lagu Boogie Woogie Bugle Boy oleh The Andrew Sisters sempat digemari pada masanya di tahun 40’an.

Selain ritme yang mudah didengar, liriknya pun menceritakan kisah yang relevan dengan situasi perang dunia. Lagu Boogie Woogie Bugle Boy bercerita tentang seorang pemain trumpet boogie woogie dari Chicago yang mengikuti wajib militer dan merasa sedih karena dia hanya bermain trumpet untuk panggilan bangun pagi saja, sampai akhirnya teman-teman musisi lainnya ikut mengikuti wajib militer lalu si pemain trumpet tersebut senang karena bisa kembali nge-band lagi.

Melalui lirik biasanya kita dapat menganalisa secara eksplisit pesan apa yang hendak disampaikan oleh sang musisi. Akan tetapi dari sudut pandang yang berbeda, preferensi pendengarnya, ketertarikan terhadap lagu-lagu yang mewakili zaman ternyata turut mewakili perasaan pendengarnya menghadapi zaman. Menurut sebuah riset, preferensi pendengar music berubah-ubah sesuai dengan umur serta keadaan zaman yang berdampak pada psikologi individunya (Rentfrow et al., 2013). Pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa jauh sebenarnya perkembangan zaman mempengaruhi preferensi musik?

Sesuai dengan tema tulisan saya kali ini, preferensi musik anak muda sebelum pandemi Covid-19 dan di era norma baru saat ini juga mengalami perubahan yang unik. Pada tahun 2019 sebelum pandemik, musik nostalgia kembali hadir lagi di telinga anak muda. Lagu soundtrack film Aladdin seperti a whole new world yang dibawakan kembali oleh Zayn Malik dan Zhavia Ward adalah salah satu contoh lagu nostalgia yang menjadi kemuncak walaupun lagu tersebut sudah pernah rilis di tahun 90’an oleh Peabo Bryson. Di Indonesia, lagu Reza Artamevia Berharap tak berpisah yang rilis tahun 2002 sempat menjadi lagu yang sering diputar di tempat hiburan anak muda Jakarta. Lagu Iwa K – Bebas yang juga dirilis sejak tahun 1994 malah kembali menjadi kemuncak di tahun 2019 sampai sempat masuk menjadi top hits di radio.

Kehadiran musik nostalgia sebelum pandemi juga didukung oleh musisi Indonesia yang kembali menyanyikan kejayaan lagu-lagu kemuncak tersebut, Seperti rilisnya album Pee Wee Gaskins tahun 2018 Salute to 90’s merupakkan contoh nyata bahwa anak muda Indonesia sebelum pandemik sangat senang bernostalgia dengan lagu-lagu lama. Selain itu, event dan tempat hiburan di Jakarta seperti Duck Down setiap minggu mengadakan acara karaoke night yang mengajak kembali audiensnya untuk bernyanyi dan mendegarkan lagu-lagu rock nostalgia.

Musik nostalgia yang meramaikan hari-hari anak muda sebelum pandemi di radio, event live music, dan platform digital lainnya, memiliki ciri bahwa ternyata relevansi musik tiap generasi memiliki benang merah, dan tidak terlalu berbeda antara satu generasi dengan yang lainnya.

Tidak bisa dipungkiri, tempat hiburan memberikan pengaruh besar terhadap preferensi musik anak muda. Hingga akhirnya pandemi datang di Indonesia tahun 2020, kitapun dibatasi untuk keluar dari rumah. Pengaruh preferensi musik yang awalnya datang dari tempat hiburan kini ikut berubah.

Di Papua misalnya music hip-hop adalah musik yang mendominasi anak muda di sana. Di kota Jayapura, seniman skena hip-hop EZT dan Iam Murda membenarkan adanya perubahan yang signifikan dari preferensi musik anak muda di Papua sebelum dan ketika pandemi.

Menurut mereka, music diss track hip-hop yang menjatuhkan atau mengolok-olok sangat digemari di Papua sebelum pandemi. Group Jhakapatty dalam lagunya Pele Putus adalah lagu rap kemuncak di Papua dan sering diputar di tempat-tempat nongkrong anak muda. Lagu yang mengkritik seniman hip hop yang lembek karena fokus membuat lagu-lagu cinta ini sangat eksplisit dan keras.

Namun ada yang menarik dari transformasi musik di Papua menurut EZT dan Iam. Kehadiran platform aplikasi tik tok menurut mereka sangat mempengaruhi preferensi musik anak muda di Papua ketika pandemik. Yang menjadi perbincangan kami saat itu, preferensi musik anak muda di Papua beralih dari diss track hip hop menjadi musik semi dangdut elektronik yang viral di platform tik-tok. Seniman Papua Omcon SB dengan lagu nya bukan di rumah menjadi musik yang sangat digemari saat ini di Papua karena viral di konten-konten tik-tok. Adapula seniman Papua seperti Sanza Soleman – Kasih Slow yang mengawali pergerakkan musik-musik viral tik-tok di Papua kini tetap bertahan menjadi musik kemuncak di sana.

Contoh kasus yang ada di Papua ini adalah sebuah bentuk nyata dari transformasi preferensi musik anak muda Indonesia. Kehadiran kembali aplikasi tik-tok ketika pandemi yang dulu sempat tenggelam, mempunyai peran besar terhadap transformasi ini. Saat ini aplikasi tik-tok seperti telah menjadi radio raksasa yang memberikan pengaruh musik kepada anak muda Indonesia.

Lagu-lagu viral di tik-tok menurut saya sangat fenomenal. Di Myanmar, seorang instruktur senam sedang memperagakan gerakannya sambil mengikuti lagu Ampun Bang Jago oleh EVER.SLKR & Tian Storm tidak sadar dengan apa yang terjadi dibelakang badan instruktur senam tersebut, mobil-mobil tentara sedang berdatangan dan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Aung San Suu Kyi. Video tersebut viral dan sempat menjadi perbincangan dikalangan netizen pada awal tahun 2021 ini.

 

Musik Tik-Tok yang humoris dan mengundang tawa seakan menjadi sebuah escape bagi anak-anak muda di Indonesia ketika mereka sedang di dalam rumah dan tidak bisa kemana-kemana. Anak muda saat ini memang kurang hiburan, maka dari itu kemunculan musik-musik dan konten di tik-tok yang humoris dan viral menjadi pusat hiburan digital yang mainstream saat pandemi ini.

Vaksinasi kini tengah berlangsung di Indonesia, anak muda memiliki harapan baru tentang masa depan pandemi yang sudah hampir setahun mengantui mereka. Namun, apakah harapan baru ini akan mempengaruhi preferensi musik anak-anak muda di Indonesia kedepan? Jika saat ini music dangdut elektronik menjadi kemuncak, apakah musik-musik tradisional Indonesia juga memiliki peluang untuk menjadi musik mainstream di masa depan? Kembali lagi, menurut saya preferensi musik anak muda akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang akan dihadapi oleh anak muda kedepan. Karena siapa sangka lagu berbahasa daerah seperti Ampun Bang Jago asal Manado ternyata bisa mendunia dan menjadi saksi sejarah penting bagi dunia saat ini?

Untuk teman-teman yang ingin berkarya melalui musik. Ini adalah saatnya bagi teman-teman untuk memulai, karena preferensi music anak muda ternyata tidak terbatas pada notasi-notasi rumit atau lirik-lirik yang puitis. Seni Musik sangat terbuka luas bagi teman-teman yang memiliki semangat untuk berkarya ditengah situasi pandemi.

Related Articles

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button