Membayangkan Dunia Olahraga Pasca Covid-19
Kembalikeakar.com – “Nanti Kita Cerita Tentang Manchester United Kalah di Anfield”, plesetan judul film, kemudian ramai menjadi ‘meme’ saat MU dikalahkan Liverpool, Januari silam. Don’t you just miss the funny heated banter over two soccer fans like this?
Kala tim yang kita jagokan menang, kita ikut merayakan, mungkin dengan taruhan yang dilakukan diam-diam. Ketika kalah, kita ikut malu dan sedih sampai tidak berani membuka media sosial selama berhari-hari. Sejak pandemi covid 19 melanda dunia, hampir tidak ada lagi tayangan olahraga beserta segala keseruan; tidak hanya memacu adrenalin atlet tetapi juga penontonnya.
Sports is one of the most affected industries in the time of covid 19 pandemic.
Lalu setelah semua ini selesai, apakah dunia olahraga akan kembali ke awal? Atau beradaptasi dengan new normal seperti yang sedang digaungkan akhir-akhir ini? Apa yang akan berubah?
Athlete goes Online
Saat ini banyak atlet membuat konten online agar tetap bisa berinteraksi baik dengan penggemar maupun penonton umum lainnya, seperti live chat Roger Federer dan Andy Murray, petenis dunia. Tren ini dimanfaatkan oleh start up decacorn, Airbnb yang menghadirkan segmen “Airbnb Talks with Olympians” berisi sharing story, tips workout from home, serta sesi motivasi dari top atlet Olimpiade.
Tidak menutup kemungkinan, konten-konten semacam ini akan tetap ada bahkan semakin bertambah seiring dengan transisi pasca pandemi covid 19. Masa transisi krusial dimana social distancing masih menjadi habit di tengah masyarakat.
Potential Trend of Esports and Virtual Sports
Esports atau gaming sports adalah olahraga yang mengalami tren kenaikan cukup signifikan beberapa tahun belakangan ini. Esports yang dipertandingkan sebagai demo sports di ajang Asian Games 2018 ini, akan dipertandingkan kembali pada Olympic Games di Tokyo tahun 2021.
Awalnya, esports hanya dianggap hobi “malas”, mampu khusyuk bermain mobile gaming berjam-jam. Berawal dari hobi bermain game, jika ditekuni serius dan bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil terbaik, suatu hari berpotensi menjadi seorang atlet “kekinian”.
Selain esports, beberapa olahraga lain mulai bertransformasi menggunakan teknologi virtual, terlebih di masa orang-orang harus melakukan karantina mandiri di rumah. MotoGP menayangkan virtual race secara online melalui YouTube; para pembalap termasuk Valentino Rossi, terlihat adu cepat mengendalikan laju “motor”nya dengan controller game.
Sport Event Reformatting
Setiap sport-event terutama mega sport seperti Olimpiade, Asian Games atau English Premier League, revenue didapat dari tiga sumber utamanya yaitu; 1. Broadcasting Rights, 2. Ticketing, 3. Sponsorship. Apakah parameter keberhasilan dari ketiga hal tersebut? Yes, its audience.
Social distancing tidak memungkinkan ada kerumunan di tempat umum, berdekatan kurang dari satu meter, apalagi datang ramai-ramai menonton pertandingan.
Dapat dibayangkan kerugian akibat covid 19; berbagai sport event ditunda, puncaknya Olympic Games sampai menelan kerugian 277 juta US Dollar, berdasarkan pernyataan Tokyo 2020 Organizing Committee. Ada juga yang tetap mengadakan pertandingan dengan kondisi tanpa penonton di stadium, seperti yang diadakan oleh liga baseball di Jepang dan Korea.
Walaupun di masa mendatang semua diharapkan berangsur normal, akan tetapi situasi ini bisa terjadi lagi. Untuk itu perlu dipikirkan format baru, sebuah pedoman mengadakan sport-event.
Host city atau tuan rumah pelaksana sport event dapat memodifikasi strategi yang telah ada. Selain fokus kepada pertandingan olahraga yang mengutamakan keselamatan atlet serta penonton, perlu ada program pendamping, yaitu kontribusi bagi perkembangan sosial masyarakatnya.
Realisasinya dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda yang terlibat pada pelaksanaan event olahraga tersebut. Anak-anak muda ini dibekali pengetahuan mengenai penggunaan teknologi, penguasaan bahasa asing, diimbangi dengan pengenalan budaya lokal.
Hal ini merupakan legacy demi mempersiapkan mental generasi dalam menghadapi situasi apapun termasuk krisis. Krisis yang harus dihadapi dengan optimisme, ketekunan dan kreativitas. Bila cara atau model lama sudah tidak sesuai, siaplah berubah demi keadaan yang lebih baik. “Change or be Changed”, salah satu motto Olympic Games Tokyo 2020 2021.
Overall, I believe sport industry will be a big winner post crisis. Therefore, be ready to witness a post-covid world of sport, a better one.