counter free hit invisible
Spiritualitas dan Ruhani

Revolusi Akhlak vs Evolusi Akhlak

Kembalikeakar.com – Beberapa pekan yang lalu, kalimat revolusi akhlak sempat ramai diperbincangkan hingga viral di media sosial. Pro dan kontra pun tidak dapat dihindari. Tidak sedikit yang pro namun juga tidak sedikit yang kontra. Lantas apa sih sebenarnya akhlak itu. Kenapa akhlak itu sampai harus direvolusi? Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kita untuk berpikir kritis mengenai slogan dari ‘Revolusi Akhlak’.

Akhlak secara bahasa ialah berasal dari bahasa Arab yang sudah di-Indonesiakan, yang dalam KBBI berarti budi pekerti yang terwujud dalam perilaku. Sementara arti revolusi dari KBBI ialah perubahan (baik pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan. Dari penjelasan bahasa secara KBBI saja sudah memicu pertanyaan. Salah satu yang mengganjal dalam benak saya ialah, apakah budi pekerti (Akhlak) yang baik itu dapat dibentuk dengan paksaan seperti kekerasan (revolusi)?

Sebelum kita bisa menjawab pertanyaan di atas, menarik untuk kita cermati lebih dalam mengenai akhlak. Dalam Islam, Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting karena termasuk satu di antara tiga kerangka dasar ajaran Islam (aqidah, syari’ah dan akhlak).

Hubungan akhlak dengan dua kompenen lainnnya ialah bahwa ahklak merupakan bukti konkrit dari penerapan aqidah dan syari’ah. Oleh karena itu dapat kita asumsikan akhlak ini sebagai perilaku seseorang.

Sementara hakikat akhlak menurut Ibn Miskawaih adalah suatu keadaan jiwa yang melahirkan perbuatan atapun tindakan secara spontan, tanpa adanya unsur sandiwara, rekayasa maupun paksaan. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan adanya unsur paksaan, bukanlah akhlak.

Namun demikian, suatu perbuatan akan dapat menjadi akhlak manakala hal tersebut terus-menerus dilatih dan dibiasakan hingga akhirnya menjadi sifat, watak dan pada akhirnya menjadi akhlaknya.

Disini kita mendapatkan benang merah bahwa dalam memanifestasikan Islam sebagai akhlak dalam kehidupan kita, tidaklah cukup dilakukan sekali, dua kali, atau beberapa kali, tetapi perilaku yang terus menerus muncul hingga menjadi kebiasaan yang baik (Akhlakul Karimah).

Lantas bagaimana cara mengubah perilaku seseorang agar bisa lebih baik lalu dilakukan terus menerus agar bisa menjadi kebiasaan?

Dalam kajian ilmu psikologi modern, pembahasan untuk merubah perilaku masuk dalam dua term, yakni; behavioral manipulation dan social change theory. Bedanya ialah jika social change theory untuk skala yang lebih besar (society), dibandingkan dengan behavioral manipulation yang bisa untuk satu orang saja. Sementara persamaannya ialah, keduanya memerlukan proses yang tidak main-main. Ada tahapan-tahapannya, sampai perhitungan sistematis untuk memastikan perubahan terjadi. Artinya ada jangka waktu tertentu yang tidak singkat serta prosesnya yang tersusun matang untuk bisa mencapai hasil maksimal.

Umat muslim sebenarnya lebih mudah, karena kita sudah memiliki suri tauladan yang memang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Ialah Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Oleh karenanya kita bisa mempelajari saja apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam merekonstruksi akhlak manusia.

Apakah dengan cara memaksa? Tentu saja tidak. Rasulullah berdakwah dengan santun. Bahkan kita bisa dengan mudah menemukan beragam riwayat tentang kesantunan dan sifat lemah lembut Rasulullah ketika berdakwah dalam memperbaiki akhlak umat.

Mari kita lihat satu contoh kasus saja bagaimana perjuangan Rasulullah dalam membenahi akhlak umat. Satu contoh ini ialah hijrahnya Rasulullah beserta Keluarga dan sahabat-Nya ke Madinah. Keadaan Madinah saat kedatangan Rasulullah SAW. Belum merupakan ‘kota’, tetapi hanya terdiri atas oase-oase yang tersebar panjang mengikuti gugusan bukit-bukit yang dikenal dengan gugusan bukit Madinah. Adalah Rasulullah SAW yang berjasa menjadikan wilayah tersebut sebagai kota Madinah.

Rasulullah memulai misinya merubah aklhak umat, dengan terlebih dahulu menunjukan akhlak yang baik dari diri-Nya. Bahkan saat Rasulullah tiba di Madinah, Ia memilih rumah Ayyub al-Anshari untuk tempat singgah. Padahal rumah Ayyub al-Anshari ini sangat sederhana, jauh dari kata megah dan Ayyub al-Anshari pun juga bukanlah petinggi suatu kaum, hanya orang biasa saja. Inilah Akhlak yang ditunjukan Rasulullah tidak memandang status, jabatan, dan kekayaan seseorang.

Begitu baik Akhlak Rasulullah pada semua orang disana, sehingga membuat orang-orang pun mengagumi dan mau menuruti ucapannya. Lalu setelah itu Rasulullah membuat fasilitas sarana prasarana yang layak untuk masyarakat. Seperti membangun masjid yang berfungsi ganda untuk beribadah dan untuk kegiatan sosial, lalu membangun jalan, membangun aliran air, membangun lahan pertanian.

Semua itu dilakukan bukan dengan memerintah atau menyuruh-nyuruh, melainkan Ia turun langsung ke lapangan untuk ikut bekerja. Hal ini telah dilakukan-nya juga sebelum Ia memiliki jabatan kepimpinan sosial apapun di Madinah. Baru setelah dasar-dasar akhlak baik mengakar dalam diri setiap anggota masyakarat, dibuatlah dokumen yang kemudian disebut piagam madinah. Kembali lagi akhlak mulia ditunjukan Rasulullah, dengan menerapkan metode musyawarah untuk merancang undang-undang dalam Piagam Madinah. Rasulullah tidak mendikte (memaksa) dalam perancangan tersebut.

Baik secara teori psikologi modern maupun kisah perjalanan Rasulullah SAW beserta keluarga-Nya ke Madinah, dalam merubah perilaku keduanya memiliki proses matang dan sistematis. Bukan dengan secara cepat, memaksa, dan apalagi menggunakan kekeraan sebagaimana yang erat kaitannya dengan revolusi. Oleh karena itu slogan untuk merubah akhlak menjadi lebih baik,

Tidaklah tepat jika menggunakan ‘Revolusi Akhlak’ melainkan dengan ‘Evolusi Akhlak’.

Evolusi secara bahasa dari KBBI artinya adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan. Dalam teori perubahan sosial dari mazhab evolusi, meyakini bahwa dengan cara ini perubahan akan terjadi dengan sebuah proses matang dan sistematis yang pada akhirnya akan membuat sesuatu bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga manusia dapat memiliki peradaban yang lebih baik seiring perjalanan waktu. Oleh karena itu, slogan ‘Evolusi Akhlak’ ini lebih sesuai dan sejalan dalam cita-cita merubah akhlak masyarakat menjadi lebih baik.

Pertanyaan selanjutnya, siapkah kita menjadi kader ‘Evolusi Akhlak’ yang dimulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu? Tentunya saya yakin kamu pasti bisa. Bismillah selamat berjuang para kader ‘Evolusi Akhlak’!

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button