counter free hit invisible
Spiritualitas dan Ruhani

Bagaimana melampaui rasa duka kematian di tengah Pandemi

Belum ada satupun negara maupun ahli kesehatan yang sanggup memastikan kapan usainya pandemi Covid-19

Kembalikeakar.com – Kematian adalah salah satu tema taboo dalam kehidupan pada abad ke 21. Kematian menjadi sebuah taboo karena abad ke 21 sendiri merupakan sebuah abad dimana seluruh manusia menselebrasi nikmatnya kehidupan, kesehatan, dan usia muda. Selebrasi terhadap kehidupan pun bisa dengan mudah kita temukan di berbagai konten media sosial yang memuat kemeriahan kuliner, eksplorasi wisata dunia, hingga olah tubuh yang sempurna.

Setelah pandemi Covid-19 berlalu selama lebih dari setahun, kita sebagai warga abad ke 21 diharuskan berhadapan dengan taboo yang selama ini kita abaikan, yaitu kematian. Pada saat artikel ini ditulis terdapat lebih dari 2 juta kematian karena Covid-19 di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 31 ribu kematian sejak Covid-19 ditemukan di Jakarta pada Maret 2019. Dalam rentang waktu yang sangat singkat, sebuah keluarga bisa seketika kehilangan kerabat terdekat, tetangga, maupun sahabat.

Belum ada satupun negara maupun ahli kesehatan yang sanggup memastikan kapan usainya pandemi Covid-19. Salah satu prediksi yang dikeluarkan oleh sebuah universitas ternama bahkan menyatakan bahwa butuh waktu lebih dari 10 tahun agar seluruh warga Indonesia dapat menjangkau vaksin yang juga belum bisa dipastikan mampu mengatasi virus yang terus bermutasi.  Sebagian orang memutuskan untuk mengabaikan berita-berita tentang Covid dan mencari hoby baru. Sebagian memilih untuk tetap menjadikan kematian sebagai taboo. Namun, kenyataannya kita harus bisa melampaui rasa takut dan duka dalam pandemi yang berkepanjangan.

Dr. Elizabeth Kubler-Ross adalah salah satu tokoh psikiatri ternama yang mendalami ilmu tentang pengalaman kematian serta duka terhadap kematian. Dr. Elizabeth menghabiskan waktu berbincang dengan orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan usia yang tengah menderita penyakit kronis serta divonis akan memiliki rentang usia yang singkat. Beliau menemukan bahwa terdapat 6 tahap emosi yang perlu dilalui untuk mengatasi duka terhadap kematian.  Berikut tahap-tahapan duka yang telah dituliskan oleh Dr. Elizabeth Kubler-Ross.

Source : https://starkandmain.org/home/2020/4/9/grief-in-six-stages-a-road-map-to-mourning-our-losses

 

  1. Penyangkalan

Tahap pertama adalah penyangkalan, yaitu saat dimana kita mengalami perasaan terkejut, tidak terima, takut, kebingungan, dan berusaha menghindari kenyataan yang sulit terhadap kematian. Pada tahap pertama ini sangat penting agar kita terus menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat, menyalurkan perasaan kebingungan dan ketakutan kita. Tidak merasa malu atau segan untuk menerima kehadiran perasaan penyangkalan juga menceritakannya kepada orang lain.

  1. Amarah

Tahap kedua adalah amarah, yaitu amarah yang muncul dari kecemasan dan frustasi. Kita tidak menerima realita baru yang berada di luar kendali kita. Amarah merupakan luapan yang wajar terjadi. Kehadiran amarah perlu kita sadari dan sikapi dengan cara berbincang dengan diri sendiri, serta mencari dukungan emosional dari orang-orang terdekat.

  1. Depresi

Tahap ketiga adalah depresi, yaitu perasaan bercampur yang meluap di dalam diri serta ketidakberdayaan untuk mengendalikan situasi serta melihat peristiwa kedepan. Pada tahap ini tidak perlu memaksakan diri untuk mengendalikan masa depan, ambil baby steps untuk memulai lagi ritme kehidupan, jangan menghukum serta menghakimi diri bila perubahan tidak terjadi dalam waktu cepat.

  1. Tawar-Menawar

Tahap keempat adalah tahap tawar-menawar, pada tahap ini akan muncul banyak sekali kilas balik peristiwa. Tahap ini adalah tahap menuju adaptasi, secara intelektual dan emosional kita akan berusaha untuk merefleksi ulang seluruh pengalaman duka yang telah kita alami. Pada tahap ini dialog dengan sahabat dan kerabat menjadi penting untuk menata kembali perasaan yang telah berlalu.

  1. Penerimaan

Tahap kelima adalah tahap penerimaan, yaitu kita telah menerima seluruh perasaan yang telah kita alami selama masa duka, serta realita baru. Kita mulai berimajinasi tentang masa depan secara lebih positif, membangkitkan kembali semangat hidup dan merangkai siklus hidup normal.

  1. Pemaknaan

Tahap terakhir adalah penemuan makna (tahap ini adalah tahap tambahan), pada tahap ini kita telah membingkai pengalaman duka sebagai bagian dari pengalaman hidup yang bisa kita kunjungi kembali tanpa rasa sesal, marah, frustasi, maupun sedih. Kita telah menemukan makna dibalik perpisahan, serta lebih mensyukuri kehidupan. Kita menjadi lebih bijaksana dan peka, sekaligus kuat menjalani hidup.

Dr. Elizabeth Kubler-Ross dalam sebuah wawancara dengan Oprah Winfrey mengumpamakan kematian sebagi proses yang indah, bukan sesuatu yang menakutkan. Ia mengatakan bahwa kematian adalah sebuah wisuda menuju tahapan berikutnya. Salah satu perumpamaan yang beliau gunakan untuk menjelaskan kematian adalah proses keluarnya kupu-kupu dari kepompong. Ketika seseorang telah meninggal, ia akan menjadi kupu-kupu yang indah serta meninggalkan tubuh yang sejatinya adalah sebuah kepompong.

Kematian adalah satu-satunya kepastian dalam hidup yang tidak selalu identik dengan kepunahan. Dengan mengubah persepsi terhadap kematian, kita bisa melampaui berbagai duka sepanjang pandemi dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai sebagai rangkaian makna mendalam yang menjadi kekuatan untuk menjalani hidup di masa depan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button