Suplemen Untuk Kamu Yang Takut Gagal
Self Efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil dalam situasi tertentu
Self Efficacy
Bayangkan: Kamu sedang dalam perjalanan dan bertemu dengan beberapa anak yang sedang bermain olahraga yang belum pernah kamu mainkan sebelumnya. Anak-anak itu mengajak kamu bermain. Apakah kamu berpikir, “Hmm.. Kayaknya saya ga mungkin bisa main” atau “Ok, mungkin ini olahraga yang mudah”. Jika kamu menjawab yang terakhir, maka kamu memiliki Self Efficacy yang tinggi dalam situasi tersebut. (Terlepas kamu ternyata benar-benar bisa bermain atau tidak itu beda lagi ya).
Self Efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil dalam situasi tertentu. Dr. Bandura, psikolog yang pertama kali menulis tentang Self Efficacy berteori bahwa orang dengan Self Efficacy tinggi melihat tugas yang sulit sebagai tugas yang perlu mereka atasi, sementara mereka yang memiliki Self Efficacy rendah mungkin menghindari tugas yang sulit tersebut.
Dalam hal pekerjaan maupun pelajaran, manusia sering menghindari hal-hal yang menurut mereka sulit, seperti tekun membaca buku untuk menghadapi ujian, mengambil tanggung jawab kerja yang baru, dan sebagainya. Mereka menjadi malas dalam bekerja atau bahkan menyerah sebelum mencoba.
Hal ini menjadi masalah karena potensi yang ada menjadi terkekang. Saya membayangkan bila Jack Ma memiliki Self Efficacy rendah ketika merintis StartUp online nya. Alih-alih menjadi Bos Big Company Alibaba Group mungkin dia sekarang masih melamar kerja menjadi pegawai KFC. Semua hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan Self Efficacy.
Apabila kamu merasa memiliki Self Efficacy yang rendah, ini bukanlah sebuah kutukan. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Tips
Pecah perilaku menjadi langkah-langkah kecil.
Membaca satu buku pelajaran per satu hari mungkin terdengar mustahil. Namun, membaca setengah bab buku per satu hari terdengar bisa dilakukan. Tanpa sadar dalam satu tahun, kamu sudah membaca 183 bab buku. Hal tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan Self Efficacy mu bila kamu ingin menjadi mahasiswa atau pekerja yang berprestasi.
Cari lingkungan yang supportif.
Lingkungan supportif dapat memberikan persuasi berupa dukungan yang membuat mu bersemangat dan semakin yakin bahwa kamu bisa berhasil dalam melakukan sesuatu.
Hindari situasi stres yang sudah diketahui
Jika kamu tahu situasi atau orang tertentu yang dapat menjatuhkan mu, hindari mereka. Lakukan hal lain, pergi ke tempat lain, atau belajar untuk mengabaikannya. Bila bermain game dan sosmed berlebih membuat pekerjaan menumpuk dan membuat mu menyesal karena merasa gagal. Mungkin bukan kamu yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan mu, tetapi kamu yang tidak mengoptimalkan waktu mu.
Temukan mentor yang telah mencapai apa yang kamu inginkan.
“Kalau dia bisa, kenapa saya tidak?”. Seorang mentor memiliki pengalaman yang bisa kamu jadikan contoh untuk meraih apa yang kamu inginkan. Ia juga dapat membantu ketika kita menghadapi kesulitan.
Terapkan mindset “Merasa Bahagia daripada Menjadi Bahagia”
Psikologi positif (cabang psikologi yang mempelajari satisfaction, well-being dan fulfillment) mengungkap model kebahagiaan. Sonja Lyubomirsky mengatakan 50% kebahagiaan ditentukan dari genetik. Hal ini menjelaskan orang-orang disekitar kita yang mudah tersenyum, tertawa dan bahagia daripada kita. Mereka memang terlahir seperti itu. Mereka merupakan orang-orang yang tumbuh dengan perasaan positif.
Kemudian 10% kebahagiaan ditentukan oleh keadaan sekitar. Sangatlah benar bila kebahagiaan kita ditentukan oleh uang yang bisa menjamin kebutuhan hidup kita. Kita akan sulit bahagia bila kebutuhan minimal hidup kita tidak tercukupi. Lalu yang terakhir 40% kebahagiaan ditentukan oleh tindakan kita saat ini. Seseorang mungkin sangat terlihat kesulitan daripada orang lain. Tetapi jika mereka bahagia, bersyukur atas kondisinya maka mereka bahagia. Itulah mengapa tindakan kita membentuk 40% kebahagiaan kita.
Kebahagiaan bukanlah keadaan yang kita menangkan dengan memenuhi kriteria tertentu dan berada di masa depan (seperti: Saya hanya akan bahagia bila mendapat promosi jabatan, mendapat piala dan sebagainya). Kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa kita rasakan saat ini, dengan kata lain kebahagiaan ada dalam setiap proses tak hanya sebatas hasil pencapaian.
Dengan demikian, ketika kita sudah percaya diri, terlepas apapun hasilnya nanti kita akan tetap berbahagia dan bersyukur karena kita sudah berusaha seoptimal mungkin. Mindset ini sangat penting guna mempertahankan Self Efficacy kita. Agar ketika kita dihadapkan dengan kegagalan, kita tetap percaya diri dan bahkan tetap bisa merasa bahagia.