counter free hit invisible
Berdikari

Kisah Seorang Petinju dari Kamp Pengungsi

“Be your own hero!”

Kembalikeakar.com – Siang itu, di sebuah kota di Afghanistan, suasana panas tidak hanya dirasakan dari teriknya matahari, tetapi juga dari gemuruh senjata api. Seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun harus terpisah dari keluarganya, ia meninggalkan kota dengan berjalan kaki.

Anak itu berjalan selama empat tahun lamanya, melalui kota-kota di Pakistan, Iran dan ketika ia sampai di kota Istanbul, Turki, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena telah melewati perbatasan secara ilegal.

Saat berusia 11 tahun, ia dibawa ke panti asuhan, masih terus berpindah-pindah dan akhirnya ia ditampung disebuah kamp pengungsi dari UNHCR bernama UN Refugee Camp. Disanalah ia mulai mengenal olahraga tinju, yang tanpa diketahui akan mengubah jalan hidup seorang anak yang terombang-ambing menjadi satu kepastian.

Anak itu bernama Farid Walizadeh.

Passion yang Mengubah Jalan Hidup

Di tahun 2012, Farid kemudian pindah ke refugee center di Lisbon, Portugal. Ia memilih Portugal karena atlet favoritnya, Christiano Ronaldo berasal dari sana, hanya itu yang ia tahu. Di tempat inilah, ia makin menyukai olahraga tinju. Kesukaannya akan tinju yang bermula dari sekedar pelarian menjadi passion.

“When I started sport, this boxing, I started to forget my trauma, I give out negative energy out to the punchbag then I learned how to deal with my stress and trauma…, sport actually changed my life”

Farid kini sudah berusia 22 tahun, dimana hampir di sepanjang hidupnya dijalani dengan ketidakpastian dan kekerasan, mendapat perlakuan bullying dengan kehidupannya yang berpindah-pindah. Ia punya satu mimpi, satu harapan yang ingin ia kejar, yaitu bertanding di ajang Olimpiade.

Saat berlatih tinju, seorang pencari bakat melihat potensinya yang besar, Paulo Seco, pelatih tinju dari Lisbon. Farid mendapat rekomendasi dan menjadi salah seorang penerima beasiswa atlet dari International Olympic Committee (IOC) untuk cabang olahraga tinju. Jika lolos kualifikasi, ia akan bertanding pada Olimpiade Tokyo, di bawah bendera Olympic refugee athlete team.

Kesempatan Untuk Kembali Bermimpi

Bagi atlet lain pada umumnya, persiapan menuju Olimpiade membutuhkan persiapan fisik dan mental bertahun-tahun, sedangkan Farid hanya memiliki waktu 10 bulan untuk menghadapi kualifikasi. Ia gagal pada salah satu seri kualifikasi tinju di bulan Maret yang lalu, akan tetapi dengan ditundanya Olimpiade Tokyo 2020 ke tahun 2021, Farid memiliki perpanjangan waktu, injury time untuk berlatih dan kembali mengikuti pertandingan kualifikasi Olimpiade tahun depan.

Ia tidak menyerah dan tekun latihan setiap hari bersama pelatihnya, sembari menjalankan kuliahnya di bidang arsitektur. Mimpinya untuk berdiri di podium Olimpiade tidak akan ia tinggalkan.

Yes, I lost this tournament, but I’ve also lost my childhood, my family, my country but I can build everything again, that’s why I want to go to Olympics, because if I can do it, then you can do it also”

Farid Walizadeh
Sumber Foto : Reuters.com

Menghadapi Tantangan dengan Berpikir Positif

Imbas dari pandemi Covid-19 yang tengah melanda berbagai negara, juga tidak lepas dari dunia olahraga. Berbagai kejuaraan olahraga berskala nasional, regional, menyentuh puncaknya yaitu Olimpiade, juga terpaksa ditunda demi situasi global yang lebih kondusif.

Dalam menyikapi tantangan ini, Farid ingin melihatnya secara positif. Baginya, berpikiran positif dapat menjadi suatu hal yang dinantikan. Bagi sebagian orang termasuk dirinya, ini adalah kesempatan kedua.

“There’s always a second chance if they want” ujarnya. Selain berpikiran positif, harus ada kesabaran dan keyakinan bahwa semua ini pasti berlalu. Jika terus berpikiran negatif, kita justru bisa menjadi sakit, menurunkan daya tahan tubuh dan berujung kepada stress.

“I have learned that the most important thing is patience, I want people to see the positives, if you look at the negative side of the problems, you get more stressed”

Farid Walizadeh mengajarkan kepada kita bahwa pengalaman pahit yang ia lalui selama hidupnya tidak membuatnya menyerah akan keadaan. Ia justru bangkit, mengubah mindset dan berjuang untuk mendapat kesempatan kedua dan meraih mimpinya.

“Be your own hero!”

Editor:
Muhammad Faisal

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button