counter free hit invisible
Masyarakat dan Sejarah

Time Travel Era Prasejarah

Kembalikeakar.com – Saya diberi kesempatan time traveling ke salah satu situs peninggalan nenek moyang di Indonesia. Situs prasejarah yang pernah disinggahi banyak kerajaan mulai dari Galuh hingga Pakuan Pajajaran ini sangat spesial bahkan banyak menarik perhatian arkeolog dunia. Ya. Gunung Padang.

Beberapa tahun lalu Gunung Padang yang terletak di Cianjur, Jawa Barat sempat menghebohkan dunia karena konon merupakan warisan megalitik terbesar di Asia Tenggara dengan luas area situs sekitar 3 hektar. Mahakarya megalitik ini juga tertua di dunia dengan perkiraan usia 8.000 hingga 28.000 tahun, lebih tua dari piramida Mesir.

Situs ini sarat akan misteri. Sebelum situs ini ditemukan dan masih tersembunyi ditengah hutan, konon warga lokal mengaku sering mendengar suara gamelan di tengah hutan yang rindang, hingga akhirnya suara tersebut menuntun mereka dalam penemuan situs epic ini. Hal ini bisa dipercaya sebagai mistis ataupun sains, karena pada dasarnya beberapa bebatuan di situs ini terdiri dari jenis andesit basaltis bewarna abu-abu gelap yang dapat mengeluarkan bunyi khas bak gamelan bila diketuk.

Situs ini bahkan menarik perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehingga ia membentuk tim peneliti khusus di tahun 2012 hingga 2014. Kala itu radar satelit menangkap sesuatu yang dianggap penghantar listrik dari bebatuan situs. Selain itu ditemukan chamber atau bilik, cawan raksasa, sungai dan mata air, kubah, menara dan aquifer serta transmitter di lokasi tersebut. Penemuan tersebut semakin memvalidasi bahwa di lokasi itu pernah ditemukan peradaban yang canggih di masa megalitikum.

Bila kamu berkunjung. Misteri Gunung Padang bahkan sudah menyambut mu di pintu masuknya. Di dekat pintu masuk terdapat Sumur Kahuripan. Sumur yang masih dipercaya warga bahwa airnya tidak pernah surut walau musim kemarau panjang. Tak hanya menawarkan eksotisme pemandangan, susunan bebatuan yang luar biasa, dan misteri yang ditinggalkannya. Dibalik pesona situs prasejarah ini terdapat berbagai kisah pelajaran nenek moyang yang menyelimutinya.

Ditemani Kang Cecep, Saya diberitahu bahwa lokasi ini disebut Sunda Parahyangan karena orang sakti di zaman itu melakukan Sanghyang di situs ini. Hyang sendiri memiliki arti mencari ketuhanan dan Sunda sendiri sejatinya adalah agama yang menyembah matahari bukan suku.

Bila puzzle ini disatukan maka pantas saja terdapat berbagai tempat singgasana dan meditasi megalitik yang menghadap matahari, karena Sunda sebagai agama yang menyembah matahari dan Para orang sakti yang Sanghyang disini. Maka dijulukilah Sunda Parahyangan. Kang Cecep selaku juru kunci disana pun bertutur bahwa Kujang sejatinya bukanlah senjata khas Sunda melainkan hanya simbol semata.

Sumber Foto : Kebudayaan.kemendikbud.go.id

Kujang yang berasal dari kata “Kukuh Kana Jangji” merupakan simbol Sunda yang memiliki makna bahwa orang Sunda sangatlah perlu memegang teguh janjinya. Saat itu saya baru tahu bahwa dibalik estetika bentuk fisik kujang ternyata menyimpan edukasi integritas secara subliminal dari nenek moyang. Adapun senjata asli Sunda adalah Trisula yang terdiri dari: Silih Asah (saling mengasah pikiran dan mengingatkan), Silih Asih (saling mengasihi dan menyayangi), dan Silih Asuh (saling mengasuh dan membimbing). Sebuah senjata yang akhirnya tak saling menyakiti demi perdamaian.

Sebuah senjata yang akhirnya tidak mengkhianati fungsinya. Sebuah senjata yang tak perlu menangis atas ironi penciptaanya. Itulah Senjata asli Sunda. Andai saja konsep senjata asli Sunda ini diterapkan secara masal. Maka perang dunia satu dan dua serta konflik lainnya hanyalah hal yang utopis. Pencapaian kedamaian dan ketenangan tak perlu saling melukai, manusia pun tak usah payah saling mencurigai dan membenci.

Besar kemungkinan masih banyak misteri artefak kekayaan yang tersimpan di Gunung Padang, baik yang bersifat fisik maupun filosofis. Bila kamu ingin merasakan sensasi time travel ke era prasejarah nenek moyang, destinasi ini sangat recommended untukmu. Tapi jangan lupa untuk mematuhi protokol kesehatan ya, karena protokol kesehatan merupakan bentuk Silih Asah, Asih dan Asuh. Kembali ke akar. Kembali ke senjata asli Sunda.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button