Harapan yang Mengalahkan Rasa Takut
Kembalikeakar.com – Ada satu kegiatan yang saya rindukan selama masa karantina ini; pergi beribadah… bernyanyi, berdoa bersama serta bersalam-salaman dengan jemaat lainnya. Kegiatan yang sudah menjadi rutinitas setiap hari Minggu bersama keluarga, kini sangatlah berbeda.
Di tengah wabah Covid 19, tidak hanya konser musik yang bertransformasi melalui media digital, ibadah yang juga sebagai crowd-gathering dilakukan melalui live streaming. Di dalam minggu perayaan Paskah yang lalu, hampir semua kegiatan ibadah baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia lainnya, disaksikan secara online.
Seorang pendeta bahkan berkata, bahwa selama lebih dari 30 tahun dia mendedikasikan hidupnya sebagai pendeta, inilah ibadah Paskah yang paling ia sukai. Alasannya sederhana; karena ia dapat membagikan pesan kebaikan melalui setiap rumah, tidak hanya di satu lokasi melainkan sampai ke penjuru negeri yang terkoneksi dengan internet.
Bagi saya yang kadang tergelitik dengan ‘observant feeling’, menjadi keuntungan tersendiri dapat menyaksikan ibadah secara online; yaitu saya dapat mendengarkan streaming dari beberapa denominasi atau aliran secara ‘multi-window’ dalam satu layar laptop.
Saya menyaksikan di tengah kosongnya St. Peter’s Basilica, Vatikan, ada satu pesan yang disuarakan oleh Pope Francis “This is the contagion of hope, transmitted from heart to heart”. Di channel lain, tema Paskah yang diangkat yaitu “There is always hope in this darkest moment”, kemudian pesan berikutnya yang saya dengar adalah “Perjuangan apapun yang telah kita jalani, tetaplah percaya kepada pengharapan kita”.
Disaat mengamati itulah, saya melihat ada satu benang merah, keseragaman dari keberagaman tersebut; there is hope. Pesan kuat tentang betapa pentingnya harapan di tengah-tengah rasa panik, cemas dan takut akan kondisi yang tidak menentu…, harapan dimana semua ini akan berlalu, this too shall pass.
Memang tidak mudah rasanya memupuk harapan, terutama pada kondisi dimana setiap harinya saya selalu disajikan informasi tentang Covid-19 mulai dari breaking news, update korban jiwa sampai kepada prediksi jumlah kasus berdasarkan algoritma hitungan matematika.
Yang ingin saya lakukan yaitu dapat berhenti sejenak dari derasnya arus berita tersebut dan mengalihkan fokus kepada hal-hal kebaikan. Jika diumpamakan, mungkin yang ada di dalam pikiran saya saat ini seperti layar laptop ‘multi window’, seperti saat sebelumnya saya menyaksikan streaming hanya kali ini isinya penuh dengan berbagai layar berita pandemi. Sesekali saya perlu mengarahkan kursor untuk ‘close window’ dan hanya membuka satu ‘taskbar’ yaitu layar optimisme.
Akan datang harinya dimana kita dapat berjabat tangan kembali, tertawa bercanda dan saling menceritakan pengalaman selama masa karantina. Akan ada satu cerita di masa depan dimana saya akan berkata; “Dulu tahun 2020, kita beribadah di rumah masing-masing melalui layar laptop atau TV” yang kemudian menjadi warisan kisah dari generasi ini kepada generasi berikutnya. Sungguh sebuah harapan yang mengalahkan rasa takut.
Editor:
Muhammad Faisal