counter free hit invisible
Masyarakat dan Sejarah

Akademi vs Pandemi

Tak ada coret-coretan, tak ada pawai di jalanan bahkan tak sempat membuat buku tahunan.

Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa bulan belakangan mengubah hampir semua sistem serta tatanan buatan manusia modern. Mulai dari kebiasaan hidup, dunia kerja hingga pendidikan. Salah satu keputusan terbesar yang diambil pemerintah dalam hal ini adalah ditiadakan atau disubstitusikannya Ujian Nasional dengan kondisi seluruh kegiatan belajar-mengajar dirumahkan.

Semasa saya bersekolah dulu, UN adalah momen paling ditakuti sekaligus dinanti-nanti setelah 3 tahun belajar. Para murid, pelajar dan siswa berlomba-lomba mempersiapkan diri guna menghadapi UN agar mendapatkan nilai terbaik sehingga mempermudah langkah dalam melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Namun agaknya realitas yang terjadi berbeda di awal abad yang baru ini. Masih terhitung bulan ke-3 di tahun 2020, semua orang sudah dibuat bingung dengan segala macam keadaan. Terutama adik-adik kita yang tengah mempersiapkan diri menghadapi UN.

Saya mengambil sudut pandang siswa-siswi tingkat akhir SMA/SMK sederajat. Dimana momen “Lulus-lulusan” adalah hal yang paling dinanti-nantikan sama-sekali tidak dapat dirasakan oleh angkatan ini. Dengan terpaksa mereka harus menjalani perubahan sistem sekolah dan kelulusan yang dramatis.

Namun permasalahnya bukan hanya sampai di situ. Saya kerap berbincang dengan anggota Banjar tempat saya tinggal yang berstatus siswa-siswi tingkat akhir, setelah melewati fase bingung dengan sistem kelulusan, kini mereka dihadapi dengan dilema bagaimana cara untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan.

Banyak siswa-siswi yang kesulitan mencari informasi mengenai sistem pendaftaran perkuliahan. Kampus-kampus seakan turut menutup diri dari interaksi dan informasi. Tidak salah, mengingat memang ada himbauan agar tidak ada aktivitas di lingkungan kampus, merujuk pada diliburkannya juga para staff.

Keadaan yang serba salah ini membuat banyak anak muda khususnya siswa-siswi di lingkungan saya menjadi galau, bahkan uring-uringan. Sebagian memanfaatkan waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan langkah setelah semua ini berakhir (pandemi covid-19). Sebagian hanya menghabiskan waktu dirumah, bermain game online dan cenderung putus asa dengan keadaan sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan.

Saya rasa dalam hal ini  agaknya lebih baik pemeritah memikirkan sedikit lebih panjang dalam menindak lanjuti semua keputusan yang mereka ambil. Mungkin disini pemerintah dapat melakukan himbauan kepada perguruan tinggi untuk mencari solusi, membangun sebuah sistem dimana semua proses penyuluhan kampus, perkenalan program studi hingga pendaftaran kuliah dapat diakses dengan mudah oleh para calon mahasiswa. Agar semuanya tidak saling tunggu “Corona selesai” baru bisa berjalan kembali.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button